Perang Media: Ajak Kaum Muslimin Mempersiapkannya
Dalam tulisan yang lalu penulis
menjelaskan betapa penting media itu dimiliki oleh kaum muslimin. Selain
untuk kepentingan dakwah, media juga digunakan untuk kepentingan
ketahanan kaum muslimin. Pasalnya kaum kuffar telah memulai perang
dengan media.
Perang media adalah perang nyata namun
tidak memiliki wujud. Perang yang melibatkan dua kubu, dengan senjata
tertentu dan memiliki target tertentu. Namun bedanya perang media
tidaklah terlihat di tanah lapang medan pertempuran, ia berada di langit
dan fikiran manusia. Dari sana dikenal dengan perang pemikiran (gozwul
fikri), media merupakan salah satu perangkat perang pemikiran.
Seperti dalam tulisan yang lalu, hal
yang perlu ditanamkan ketika berjihad dan berperang adalah kesiapan
untuk berperang. Kesiapan utuk berperang tentulah ada karena mereka tahu
apa yang perlu dipersiapkan, memiliki niat yang kuat serta menghindari
penghianatan dan kemunafikan.
Berjihad Itu Dengan Harta Jiwa dan Lidah
Rasulullah SAW bersabda: “Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lidahmu”. (HR. An-Nasaa’i)
Ini adalah perintah yang Rasululllah serukan kepada kaum muslimin. Rasulullah bersabda dan menyerukan agar kaum muslimin berjihad dengan apapun yang mereka miliki.
Berjihad adalah untuk mengalahkan musuh Allah. Berjihad dengan media seperti halnya dakwah sebelum berperang. Sepertihalnya keutamaan ali bin abi tholib yang masuk ke dalam area musuh dan mendakwahan, adu argument, negosiasi dan mengajak ke dalam islam tanpa perang. Saat itu ali bin abi thalib berperang dengan lisannya.
Adapun dalam kondisi kita sekarang, media memiliki fungsi yang sama. Ia adalah alat untuk berdakwah, mengalahkan sebelum berperang fisik dan merebut kekuatan musuh tanpa korban jiwa.
Mengajak Berjihad Kaum Muslimin Walau dengan Media.
Kita tahu jihad adalah kewajiban yang besar. Ia diwajibkan kepada seluruh kaum muslimin. Jadi mau tidak mau, andaikan sudah disepakati untuk memulai perang media maka seluruh kaum muslimin harus dilibatkan secara langsung atau tidak langsung. Kaum muslimin dibagi menurut peran mereka dalam perang media ini.
Pemimpin jihad ini adalah para ulama. Para ulama memegang kendali jika umara (pemerintahan) tidak peduli dengan perkara keimanan seseorang bahkan memberikan fasilitas kepada orang kafir/misionaris. Walaupun para ulama bermadzhab berbeda, atau memiliki komunitas, ormas yagn berbeda namun perlu ada kesepakatan. Seperti halnya ketika kaum kuffar menyerang muslimin maka perbedaan tersebut sementara dikesampingkan dan mengambil sikap dengan apa yang dihadapinya. Apakah para ulama masih akan berdebat hingga mata pedang berada di leher kaum muslimin?
Dalam masalah ini tentu para ulama harus mengambil sikap atas penyerangan kaum musrikin kepada muslimin yang tidak tahu apa apa.
bersambung…
Sumber : gemaislam.com
Post a Comment