Header Ads

ad

Daging Kaum Muslim Itu Beracun

Oleh: Rappung Samuddin, Lc. MA.
Hati-hati memakan bangkai saudara sendiri (ghibah). Terlebih jika dia seorang da’i atau ulama. Sebab daging mereka itu beracun “luhumuhum masmumah“. Yang demikian karena kehormatan mereka terlalu tinggi dan mulia untuk dicemarkan. Lihatlah fenomena sikap lancang sebagian penuntut ilmu yang masih hijau hari ini. Begitu mengiris hati sekaligus menggelitik rasa marah dan cemburu (ghirah) kita. Tanpa rasa takut sedikit pun kepada Allah dan pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Begitu berani mencabik-cabik kehormatan para da’i dan ulama. Mengais-ngais kesalahan dan ketergelinciran mereka, lalu diumbar di majelis-majelisnya. Duhai, mengapa mereka tidak juga mengambil ibrah dan pelajaran. Bahwa dahulu, para pendahulu mereka juga melakukan kelancangan serupa. Lalu apa akibatnya?! Tabir aib dan cela mereka pun disibak oleh Allah Ta’ala di hadapan khalayak… Makanya sadarilah, siapa yang lancang mengais aib dan kesalahan saudaranya, maka Allah pun akan mengejar aib dan celanya hingga yang tersembunyi sudut-sudut rumahnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat shahih; wal’iyadzubillah.

Terkait hal ini, al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya “Jami’ al-Ulum wa al-Hikam”, berkata tatkala mengomentari hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang menutupi aib seorang mukmin, niscaya Allah Ta’ala akan menutupi (aib) nya pada hari kiamat”, beliau (Ibnu Rajab) berkata: Diriwayatkan dari perkataan sebagian salaf: “Sungguh aku mendapati suatu kaum yang sebenarnya mereka tidak memiliki aib dan cela. Akan tetapi mereka suka mengungkit aib-aib manusia, maka orang lain pun mengungkap aib-aib mereka. Sebaliknya, aku juga mendapi suatu kaum yang memiliki banyak aib dan kekurangan, namun mereka menahan diri dari (mencari-cari) aib orang lain, maka aib-aib mereka pun terlupakan”. (Lihat: Ibnu Rajab al-Hambali, Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, 1/340 al-Maktabah al-Syamilah).

Lebih jauh lagi, bahkan Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah pun menumpahkan keheranannya terhadap golongan ini. Keheranan yang layak menjadi perhatian kita. Sungguh ungkapannya sangat unik. Sebab begitu nyata melukiskan kondisi sebagian penuntut ilmu di zaman kita hari ini…: “Merupakan perkara aneh, seorang itu begitu mudah baginya menjaga diri dari makanan haram, berlaku zalim, berzina, mencuri, minum khamer, memandang sesuatu yang diharamkan dan sebagainya, tapi sulit baginya mengontrol gerakan lisannya. Hingga engkau melihat seorang yang terkenal akan kebaikan agama, sifat zuhud dan ibadah, lalu ia berkata-kata dengan kalimat yang memancing murka Allah sementara ia tidak peduali akan hal itu, namun satu kalimat itu cukup menjauhkannya antara timur dan barat. Betapa banyak engkau saksikan seorang yang begitu wara’ (menjaga diri) dari perbuatan keji dan zalim, namun lisannya panjang dalam (mencela) kehormatan dan harga diri orang, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, serta tidak ambil peduli terhadap apa yang ia ucapkan tersebut”. Subhanallah …! (Lihat: Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, Al-Jawabul Kafiy Liman Saala an ad-Dawaai asy-Syafi, hal 111. al-Maktabah al-Syamilah). Wallahu A’lam.


Posted via Blogaway