Header Ads

ad

BACHTIAR NASIR : TEMPATKAN BUDAYA SIRI’ DENGAN BENAR

AJATAPPARENG.COM - Ust. Bachtiar Nasir menghimbau kepada umat Islam –baik di Makassar maupun di seluruh Indonesia–, agar pandai-pandai dalam menempatkan budaya siri’na pacce (rasa malu/harga diri). Karena jika salah menempatkan, maka akan tergelincir dalam prilaku seperti “orang-orang kafir” yang “menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah” (QS: Al Fath [48] 26).


Pimpinan AQl Islamic Center ini mentadabburi Surah Al Fath [48] ayat 26 tersebut, pada Kajian Ba’da Magrib di Masjid Besar Bukit Baruga Antang, Makassar, 31 Agustus 2014. Ia sebagai putra Makassar mengingatkan penerapan budaya orang Makassar siri’na pace itu, karena pada implementasinya di lapangan, sering dilakukan bukan pada tempat yang tepat.

“Cuma gara-gara motornya disalip di jalanan, kemudian mudah marah dan berujung pada tawuran,” katanya mencotohkan. “Padahal, penempatan budaya siri’ itu hanya boleh dilakukan, jika berkaitan dengan persoalan harga diri agama kita yang diusik orang lain,” tambahnya.

Sehingga, menurut Ust. Bachtiar, tidak mengherankan pula bila lulusan mahasiswa Makassar susah mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan di Jakarta. Karena sudah tertanam citra bahwa orang Makassar itu tempramental, katanya.

“Seperti yang sering ditayangkan televisi, bahwa mahasiswa atau masyarakat Makasaar itu sering demo dan  tawuran antar kampus. Apalagi dengan cara melawan dosen, menghina rektornya sendiri, atau merusak fasilitas kampus dan umum. Ini kan contoh penempatan siri’ yang tidak tepat,” ungkapnya.

Ustadz Bachtiar lalu mengutip penuh Ayat 26 Surah Al Fath (48): “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin, dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Artinya, lanjut Ust. Bachtiar yang juga Ketua Lembaga Tadabbur Al Qur’an Indonesia ini, jika umat Islam pandai dalam menempatkan rasa malu yang berkaitan dengan harga diri agamanya itu, maka akan mendapatkan ketenangan layaknya yang dianugerahkan Allah kepada Rasullah, seperti yang digambarkan dalam surah tersebut.

Contoh yang benar dalam penempatan harga diri umat Islam itu, ungkap Ust. Bachtiar, adalah seperti yang dilakukan rakyat Palestina, khususnya para pejuang di Gaza, yang tak pernah menyerah melawan penjajahan Zionis Israel. Hingga mereka berhasil mencapai kemenangan dalam perang sepanjang bulan Ramadhan 2014 baru-baru ini, dengan memaksa Israel mau mebuka blockade ke jalur Gaza.

“Apa yang dilakukan pejuang di Gaza itu keren! Mereka tidak akan pernah tunduk dan menyerah melawan Israel. Mereka memilih mati dari pada takluk! Mereka akan tunduk jika hanya dalam sujudnya di hadapan Allah,” ujarnya seraya mengutip tulisan seorang pemimpin redaksi sebuah media di Israel.

Dalam tausiyah yang dihadiri sekitar 200 orang itu, Ust. Bachtiar sempat bercanda kepada para jamaah yang berusia di bawah 30 tahun, dengan meminta mereka push-up.

“Ayo saya tes, sanggup push-up nggak 20 kali?! Jangan cuma bisanya teriak Allahu Akbar doang…!” katanya. “kalau diminta push-up saja nggak sanggup, apalagi kalau disuruh ikut berperang ke Palestina,” candanya yang membuat suasana kajian ba’da Magrib yang berlanjut hingga ba’da Isya itu menjadi cair.

Oleh: Abu Lanang
http://aqlislamiccenter.com