Header Ads

ad

Mewaspadai Futur dalam Berdakwah


Dr. Fathi Yakan menulis, “Mereka yang mengamati sejarah pergerakan Islam di setiap negara dan seluruh dunia Islam, pasti akan menemukan banyak nama yang sempat mencapai tingkat puncak dalam kiprah perjuangan dan tanggung jawabnya. Namun sayang, orang-orang itu kemudian hilang dari kehidupan dakwah karena satu dan lain hal.”
Fenomena yang disebut oleh Dr. Fathi Yakan dikenal dengan istilah Futur. Secara kebahasaan, futur adalah putus setelah sambung, lembut setelah keras, dan lemah setelah kuat. (Syaikh Raghif Al-Isfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, hal. 371). Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah: 19,
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah: 19).
Di ayat ini disebut masa fatrah, yaitu masa kosongnya kenabian hingga datanglah Muhammad sebagai nabi penutup. Atau firman Allah yang berbunyi,
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ
Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. Al-Anbiya: 20).
Maka para ulama mendefenisikan dai yang futur adalah seorang juru dakwah yang berhenti setelah sibuk beraktivitas, malas setelah sungguh-sungguh, lambat setelah cepat, dan santai setelah semangat.
Tiga Klasifikasi Dai yang Futur
1.    Dai yang setelah terkena futur, ia tidak bangkit lagi. Ia meninggalkan arena dakwah sama sekali.
2.    Dai yang setelah terkena futur, ia bangkit namun tidak seperti sedia kala. Ia tampak malas dan lamban, walaupun tetap menunaikan tanggung jawab dakwah.
3.    Dai yang setelah terkena futur, ia bangkit seperti sedia kala. Semangatnya kembali maksimal seratus persen.
Jika futur diibaratkan penyakit jasmani seperti kanker, tipe dai pertama adalah pasien kanker yang sudah kronis, penyakitnya terus meningkat dari stadium I hingga stadium IV. Dai tipe kedua, pasien kanker stadium II lalu ada perbaikan menjadi stadium I, namun tidak sembuh total. Sedangkan dai yang ketiga adalah pasien yang terkena kanker, namun setelah berobat, dokter menyatakan bahwa ia sembuh total.
Mungkinkah Anda terhindar dari Futur?
Sebelum menjawab permasalahan ini, saya harus menyampaikan berbagai aneka jenis futur:
1.    Ada futurnya orang-orang munafik. Merekalah semalas-malasnya manusia yang ada di alam dunia. Bahkan kurang tepat bila mereka disebut futur, karena hati mereka tidak pernah semangat. Namun karena secara lahiriah menampakkan semangat yang tinggi, maka bisa saja kita sebut seperti itu. Kefuturan orang-orang munafik ada dua:
o  Berhenti sama sekali dari amal dan menampakkan kekafiran. Hal ini akan dilakukan bila ia bertemu dengan orang-orang kafir dan tidak ada orang mukmin yang ditakutinya.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS. Al-Baqarah: 14).
o  Melaksanakan amal dengan malas-malasan. Hal ini karena takut oleh kaum muslimin.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisa: 142).
وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa). (QS. At-Taubah: 54).
Inilah seburuk-buruknya futur.
2.    Futurnya orang-orang fasik yang sulit mengendalikan hawa nafsu. Di saat futur, mereka berani meninggalkan kewajiban dan melabrak larangan Allah.
3.    Futurnya orang-orang beriman di sebagian hari-harinya, bisa jadi karena faktor fisik yang akhirnya mempengaruhi hati. Misalkan karena sibuk, cape, kelelahan, penat, jenuh, monoton.
Nah, seorang mukmin bisa saja terhindar dari dua poin futur yang disebut terlebih dahulu. Namun ia akan sangat sulit terhindar dari futur yang ketiga. Sesungguhnya futur jenis pertama dan kedua merupakan sebuah dosa. Adapun futur jenis ketiga tidaklah berbuah dosa sepanjang kita tetap melaksanakan kewajiban fardiyah kepada Allah dan tidak melakukan kemaksiatan karenanya.
Hal ini diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam,
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَ لِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدِ اهْتَدَى وَ مَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
Sesungguhnya setiap amal itu ada masa semangatnya dan setiap semangat ada masa futurnya. Barangsiapa yang futurnya kepada sunnahku, sungguh dia telah mendapatkan petunjuk. Barangsiapa yang futurnya pada selain sunnahku, maka sungguh dia telah celaka. (HR. Ahmad).
Apa yang dimaksud ghair dzalik? Yaitu futurnya menjadikan ia berbuat bid'ah atau maksiat. Karena dalam hadits lain yang masih diriwayatkan oleh Imam Ahmad, tidak disebut ghair dzalik, tetapi kata yang lebih jelas.
فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ
Barangsiapa yang futurnya pada bid'ah, sungguh dia telah sesat. (HR. Ahmad).
وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى الْمَعَاصِي فَذَالِكَ الْهَالِكُ
Barangsiapa yang futurnya pada maksiat, sungguh dia telah celaka. (HR. Ahmad).
Syaikh Nashir bin Sulaiman Al-Umar dalam kitabnya, Al-Futur, Mazhahirul Asbab wal Ilaj menyebutkan, “Ada beberapa riwayat lain yang semakna dengan hadits di atas, semua mengisyaratkan bahwa futur adalah salah satu penyakit yang dapat menimpa hamba-hamba Allah yang berjalan meraih ridha-Nya, para penuntut ilmu, para juru dakwah, dan selain mereka.”
Futur jenis inilah yang dikeluhkan oleh sahabat Handhalah Al-Asadi, seorang penulis wahyu yang ditunjuk Rasul, ketika ia bertemu sahabat Abu Bakar,
لَقِيْنِي أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَة؟ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَة قَالَ سُبْحَانَ اللهِ مَا تَقُوْلُ ؟ قَالَ قُلْتُ نَكُوْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَذْكُرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتىَّ كَأَنَّا رَأيَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُوْلِ اللهِ عَافَسْنَا الأَزْوَاجُ وَالأَوْلاَدُ وَالضَيْعَاتِ فَنَسَيْنَا كَثِيْرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللهِ إِنَّا لَنُلْقِى مِثْلَ هَذَا فَانْطَلَقْتُ أَنَّا وَأَبُو بَكْرٍ حَتىَّ دَخَلْنَا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَة يَا رَسُوْلَ اللهِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ وَمَا ذَاكَ ؟ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ نَكُوْنُ عِنْدَكَ تَذْكُرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِِ حَتىَّ كَأنَّا رَأىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ كَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجُ وَالأَوْلاَدُ وَالضَيْعَاتِ فَنَسَيْنَا كَثِيْرًا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُوْمُوْنَ عَلَى مَا تَكُوْنُوْنَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشَكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَة سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلاَثَ مِرَاتٍ
Aku pernah bertemu  Abu Bakar. Dia bertanya, 'Apa kabar, Handhalah?' Aku menjawab, 'Handhalah telah munafik.' Abu Bakar berkata, 'Subhanallah apa katamu? Maka kujawab, 'Saat kami bersama Rasulullah beliau, mengingatkan kami tentang surga dan neraka sehingga seakan-akan kami melihatnya. Namun saat kami tidak bersama beliau, telah merusak kami istri, anak, dan harta benda hingga kami banyak lupa.' Abu Bakar berkata, 'Demi Allah, aku pun merasakan hal yang sama.' Maka aku dan Abu Bakar berangkat menemui Rasulullah. Di sana kusampaikan kepada Rasulullah (seperti yang disampaikannya kepada Abu Bakar). Rasulullah bersabda, 'Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya! Jika kalian senantiasa dalam keadaan seperti saat bersamaku dan di dalam dzikir; niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di atas tempat tidur kalian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi, wahai Handhalah, ada saat semangat dan ada saat kurang, , ada saat semangat dan ada saat kurang, ada saat semangat dan ada saat kurang.' (HR. Muslim, Kitab At-Taubah).
Oleh karena itu, maka setiap mukmin diajarkan sebuah doa agar sebisa mungkin terjauhkan dari perilaku futur atau sifat futur tidak terlalu sering mengunjungi kita. Rasulullah mengajarkan,
أّللَّهُمَّ اِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari rasa lemah dan malas, dan aku berlindung dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung dari lilitan utang dan paksaan orang lain.”  (HR. Abu Daud).
Terapi Penyakit Futur
Syaikh Nashir bin Sulaiman Al-Umar menulis 18 terapi futur sebagai berikut:
1.    Menjaga iman dan memperbaharuinya
2.    Muraqabatullah dan banyak berzikir kepada-Nya
3.    Ikhlas dan takwa
4.    Menjernihkan hati
5.    Menuntut ilmu, disiplin belajar serta rajin menghadiri halaqah zikir dan ceramah agama
6.    Memahami fikih waqi'
7.    Manhaj yang benar
8.    Wasathiyah
9.    Mengatur waktu dan introspeksi diri
10.  Komitmen pada jamaah
11.  Menjaga orang-orang futur
12.  Tarbiyah yang menyeluruh dan komplit
13.  Melaksanakan beragam ibadah dan amal
14.  Teladan yang baik
15.  Cita-cita yang tinggi, tujuan yang mulia, dan semangat yang membaja
16.  Memperbanyak zikrul maut dan mengkhawatirkan su'ul khatimah
17.  Sabar dan meneguhkan kesabaran
18.  Berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah

Wallahu A'lam


http://percikankebaikan.blogspot.com